Cari Blog Ini

Senin, 22 November 2010

Bahaya Kemaksiatan

Ibnu Qayyim Al Jauziyah berpetuah:
Dalam kitab Ash-shahihain, diriwayatkan khutbah Nabi saw saat shalat
gerhana matahari, beliau bersabda:

“Hai umat Muhammad, demi Allah, tak ada satupun yang lebih pencemburu
dari Allah ketika ada seorang hamba-Nya yang laki-laki atau perempuan
berbuat zina. Hai ummat Muhammad, demi Allah, sekiranya kalian
mengetahui seperti apa yang aku ketahui, tentu kalian akan sedikit tertawa
dan banyak menangis.” Kemudian beliau mengangkat kedua tangannya
seraya berkata , “Ya Allah, bukankah aku sudah sampaikan?” (HR. Bukhari
dan Muslim).

Disebutkannya perbuatan dosa besar ini secara khusus setelah shalat
gerhana matahari mengandung isyarat rahasia yang menakjubkan; dan
semaraknya fenomena zina merupakan tanda rusaknya tatanan alam, dan itu
semua adalah salah satu tanda kiamat; seperti yang disebutkan dalam As-
Shahihain, dari Anas bin Malik bahwa dia berkata, "aku akan menceritakan
kepada kalian sebuah hadits yang tidak akan ada orang yang akan
menceritakannya kepada kalian setelah aku. Aku mendengar Rasulullah saw
bersabda:

“Di antara tanda-tanda kiamat adalah bila ilmu (syar’i) menjadi sedikit
(kurang), dan kebodohan menggejala, serta zina menyebar (di mana-mana),
jumlah pria sedikit dan jumlah wanita banyak sehingga seorang laki-laki
2 mengayomi lima puluh orang wanita.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Salah satu sunnatullah (hukum alam) yang diberlakukan pada
makhluk-Nya, yaitu ketika zina semarak di mana-mana, Allah akan murka dan
ketika kemurkaan-Nya sangat keras, maka pasti kemurkaan itu akan
berdampak pada bumi ini dalam bentuk azab dan musibah yang diturunkan.
Abdullah bin Mas’ud ra. berkata, “Tidaklah riba dan zina merajalela di suatu
negri, melainkan Allah memaklumkan untuk dihancurkan.”
Seorang pendeta bani Israil pernah melihat anaknya sedang
mengerlingkan mata kepada seorang gadis, lalu dia berkata, “Pelan-pelan,
wahai anakku!” kemudian sang ayah itu pingsan di atas tempat tidurnya lalu
meninggal, dan isterinya keguguran dan dikatakan kepadanya,“Beginikah
caranya engkau marah untuk-Ku (melihat perzinaan hanya mengatakan,
"pelan-pelan")? Sungguh, keturunanmu tidak ada yang baik selamanya.”
Dikutip dari buku "Aljawabul kaafi liman saala `aniddawa` asysyafi"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar